MISTERI LEDAKAN KEEMPAT
CERITA PENDEK akan memberikan cerita karya anak bangsa berjudul “MISTERI LEDAKAN KEEMPAT” tanpa banyak basa basi lagi anda bisa langsung membacanya di bawah ini :
Pagi yang kurang bersahabat, langit tampak mendung, seperti menandakan akan terjadi sesuatu, di sebuah sekolah menegah pertama, saat itu para siswa sedang mengerjakan ulangan mid semester. Saat sedang sibuk mengerjakan soal soal itu, ternyata di kelas 3-1 (kelas utama), sudah ada 2 anak perempuan yang telah selesai mengerjakannya. Mereka adalah Sayaka Natsumi, Sakurai Mitsu, dan ada juga beberapa siswi yang bertanya pada mereka termasuk kedua kawan dekat Sakurai dan Sayaka, yaitu Takami Hanabi, dan Hyumei Umura. Ketika sedang asyik-asyiknya menulis jawaban dan berpikir, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang terdengar dari belakang sekolah, hingga menimbulkan getaran kecil, murid-murid masih tenang-tenang saja.
Beberapa menit kemudian, terdengar lagi suara ledakan dari samping kiri sekolah, kembali menimbulkan getaran, para siswa tampak waspada dan siap siaga hendak menyelamatkan diri, termasuk para dewan guru. Kemudian, ledakan ketiga berasal dari samping kanan sekolah, para warga sekolah pun berhamburan lari ke lapangan, dengan detak jantung yang tak karuan, ada juga yang sudah menangis, pingsan, dan berdoa. Lalu, ledakan keempat, berasal dari depan sekolah dan merupakan ledakan terakhir dan cukup kuat, sehingga menimbulkan getaran yang cukup kuat membuat seisi sekolah berteriak histeris.
Namun, keempat siswi perempuan tadi tampak biasa-biasa saja, dan masih berdiri di depan pintu kelas mereka, yang ada di pikiran mereka adalah menyelesaikan ulangan dan pulang ke rumah. Namun, tujuan mereka berubah menjadi mimpi, ketika seseorang berjalan ke arah pintu gerbang sekolah. Saat itu jalanan menjadi sepi, burung-burung terbang entah ke mana, langit semakin mendung. Anehnya orang itu tak seperti layaknya manusia, justru ia terlihat seperti monster yang menyeramkan, terlihat kulitnya tampak kebiru-biruan, jalannya juga pincang, tangannya terus bergerak sendiri, dan kepalanya tertunduk. Sehingga wajahnya tertutup rambutnya yang kelihatan penuh debu itu. Ketika orang itu semakin mendekat, sang penjaga sekolah lalu menghampirinya. Walaupun, jantungnya berdebar-debar tak karuan ia tetap memberanikan diri.
“Ehm.. Permisi Pak. Apa yang terjadi di luar sana? Sampai-sampai kota ini seperti tak berpenghuni..” kata penjaga sekolah, dan berbicara di balik pintu gerbang yang masih terkunci rapat rapat itu. Namun, tak ada jawaban dari orang itu, tiba-tiba orang itu meloncat dan menyerang si penjaga sekolah, dia pun mundur dan terjatuh ke tanah, untung saja ia terhalang oleh pintu pagar yang cukup tinggi itu. Dan seorang bapak guru yang ada di sana segera menyerang orang tak jelas itu, dengan sebongkah batu, hingga mengeluarkan darah dan jatuh terkapar di depan pintu pagar. Para warga sekolah yang menonton kejadian itu langsung histeris, terutama 4 anak perempuan itu, seketika mereka jadi lunglai, badan mereka gemetar, napas mereka tersengal-sengal. Lalu, seorang wakil kepala sekolah memerintahkan para siswa dan siswi untuk segera kembali ke ruang kelas masin-masing.
“Anak-anak.. Segera kembali ke ruang kelas masing-masing, dan kunci rapat semua pintu dan jendela yang ada. Berdiam diri di sana. Sekarang!!!” Teriak si wakasek. Seketika, bagai lautan manusia mereka semua berhamburan kembali ke kelas masing-masing. Mereka pun kembali masuk ke dalam kelas dan ditemani oleh walikelas mereka Hirasawa sensei. Semuanya hening, beberapa jam kemudian yang terdengar hanya suara suara mengerikan dari para monster itu (zombie). Hirasawa mengintip ke luar jendela, terlihat olehnya berpuluh puluh zombie bergerumul di tengah lapangan.
“Ssst..” bisik Hirasawa pada para muridnya. Lalu ia mengintip lagi, betapa kagetnya ia ketika satu zombie langsung berdiri tepat di depan matanya, untung saja ada jendela menghalangi. Ia segera jatuh terduduk dengan jantung yang hampir copot. “Hhh..Te..Tenanglah. Sensei..Hhh..Hh,” Kata Sakurai dan Sayaka, padahal mereka yang harus tenang dengan napas yang tersengal-sengal. Tiba-tiba handphone milik seorang teman sekelas mereka berdering cukup kuat, dan memecah keheningan seketika juga para zombie itu langsung menyerbu kelas mereka. Mereka berusaha diam dan tenang, kelas di sebelah mereka riuh ricuh karena kaget dengan dering handphone. Para zombie pun berpaling ke kelas sebelah.
“Sensei.. Hh bagaimana kalau kita menyusun meja sampai ke atas dan hh.. membongkar atap plafon yang sedikit rusak itu?” tanya Hana, napasnya pun sesak. Hirasawa hanya menganggguk, mereka pun bekerja sama dan secara hati hati menyusun meja meja itu agar sampai ke atap plafon, tanpa menimbulkan suara. Ketika atap berhasil dibongkar, mereka dengan beraturan naik ke atas dan terakhir Sakurai lalu disusul oleh Hirasawa. Ketika kaki Hirasawa hendak naik namun beberapa zombie sudah masuk ke dalam kelas mereka dan memanjat meja meja itu lalu menangkap kaki kiri Hirasawa. Sakurai yang merupakan siswi yang dianggap sopan itu lalu, terlihatlah sifat aslinya. “Sensei..!! Cepat naik. Ah ayolah..Sensei..!! Dasar zombie baka!! Ayo sensei naik..” teriak Sakurai sambil menarik tangan Hirasawa, dan dibantu teman-temannya. Semuanya pun selamat.
Pada saat itu salah satu zombie naik ke tiang tower yang ada di sebelah kanan sekolah mereka. Seketika petir menyambar zombie itu dan terjatuh ke tanah. Pada saat itu juga para zombie berkumpul di bawah dan langsung memakan teman mereka yang telah mati tersambar petir dengan sadis. Ternyata di kelas sebelah pun melakukan hal yang sama akan tetapi mereka melakukan hal itu dengan penuh perjuangan hingga akhirnya mereka pun bisa naik ke atas, tetapi hanya 10 orang anak saja yang naik ke atas beserta walikelas mereka. Terlihat ada beberapa kelas yang melakukan hal yang sama. Hirasawa menghampiri walikelas itu.
“Di mana sebagian muridmu?” tanya Hirasawa, dan dijawab dengan gelengan kepala, pertanda hal buruk telah terjadi. Keempat gadis itu segera menengok ke bawah, terlihat darah di mana-mana, bahkan ada di meja, kursi, jendela,dan papan tulis. Mereka hanya terdiam dan terlongo tak percaya, mayat-mayat bergelipangan, mayat para teman teman mereka. Mei yang takut dengan hal-hal yang berhubungan dengan darah, hanya bisa mencengkeram lengan baju, Sayaka dan Sakurai, dan Hana berusaha mengusap-usap pundak Mei. Tanpa sadar bau darah menyeruak ke luar terbawa angin, rasa mual pun menyerang mereka.
Beberapa jam menunggu, sebuah helikopter datang menjemput mereka. Ketika di perjalanan, Sakurai melihat ke arah rumahnya terlihat seluruh area di sekitarnya hancur lebur, Sakurai tercengang, ia hampir saja pingsan namun Sayaka menepuk pundaknya, air mata mengalir di pipi mereka ketika melihat hal yang sama dengan Sakurai. Saat sampai di kapal perang TNI-AL, ternyata sudah banyak yang diselamatkan. Mereka pun diantar ke kamar masing-masing, dalam satu kamar ada 4 tempat tidur tersedia, 4 gadis itu memutuskan untuk tidur dalam satu kamar. Ketika Hana hendak memutar gagang pintu, sebuah rak tempat tidur lewat di hadapan mereka dengan 1 orang korban, anak laki-laki berambut hitam dan bermata hijau, terluka di bagian lengan kiri. Sayaka meremas pundak Sakurai yang terdiam, Hana juga terlongo, sementara Mei bersembunyi di belakang Hana.
kamar mereka hanya bisa diam dan tak bersuara tiba-tiba terdengar pengumuman dari kapten kapal yang mengatakan. “Siapa pun dari kalian semua yang ingin bertempur ke medan perang yang menyeramkan di luar sana maka bergabunglah dengan kami..” dan beratus-ratus orang dari mereka mengikuti latihan pertempuran itu dan ikut bergabung bersama mereka. Selama 1 bulan mereka diberikan pelatihan. Pada waktu makan malam, mereka berempar dihampiri seorang pramusaji.
“Kalian tahu anak yang kalian lihat kemarin? Dia adalah anak tentara tapi sayang Ayahnya mati dalam pertempuran demi menyelamatkan keluarganya, Kakaknya mati dan Ibunya pun turut mati kasihan sekali dia..” kata pelayan itu. 4 gadis itu terdiam sejenak. Ketika di lorong kapal, Sakurai terhenti di depan pintu kamar seseorang.
“Ada apa Saku? Apa yang kau lihat?” tanya Sayaka. Sakurai tersentak. Kedua kawannya pun menatap mereka berdua.
“A..Aku..Ehmm. Ah tidak ada apa-apa. Ayo aku sudah ngantuk oah,” kata Sakurai.
“Uhn? Aneh..” kata Sayaka. Pukul 4 pagi sekali, Sakurai sudah bangun dan duduk di pinggir kasur.
“Apa anak itu sudah sembuh? Aku penasaran, siapa namanya ya. Ah bodoh aku akan lihat sendiri..” kata Sakurai dalam hati dan beranjak pergi ke kamar anak laki-laki yang ia lihat tadi.
“Cleek!!” suara pintu dikunci membangunkan Sayaka, merasa aneh ia meraba bantal Sakurai, ternyata orangnya sudah tidak ada, ia pun segera bangun dan mengikuti Sakurai. Dari jauh ia melihat Sakurai mengintip di pintu kamar itu.
“Ahh dasar apa yang dilakukannya?” pikir Sayaka. Tiba-tiba pintu kamar dibuka dari dalam, seorang suster ke luar dari sana. “Ah ohhayyou, apa yang kau lakukan di sini gadis kecil?” tanya pada Sakurai. Mendengar sebutan itu Sakurai sedikit kesal.
“Ahm.. Ano.. Aku ingin melihat hmm keadaan anak itu..” kata Sakurai.
“Oh dia.. Dia baik-baik saja. Keadaannya sudah membaik..” kata suster itu.
“Ahm. Oh ya arrigattou gozaimasu..” kata Sakurai, suster itu hanya tersenyum dan beranjak pergi Sakurai melonjak melihat nama anak itu.
“Hyakuya yuichiro?” sanggah Sakurai. Lalu ketika ia berbalik Sayaka sudah berdiri di belakangnya.
“Hai. Ohayyou..!!” Kata Sayaka, sambil memainkan alisnya.
“Hun? A, apa yang kau lakukan disini?” tanya Sakurai.
“Oh tidak ada. Hanya melihatmu berjingkrak tadi..” kata Sayaka.
“Apaan ih.. Tumben kau bangun pagi sekali..” kata Sakurai mengalihkan pembicaraan.
“Hehehe, begitulah. Eits jangan mengalihkan pembicaraan kau. Huhh?” kata Sayaka sambil menyenggol pundak Sakurai.
“Diam, diam. Perhatikan cowok. Dasarrr,” kata Sayaka. Sakurai hanya membantah. Pagi harinya, mereka kembali latihan, setelah latihan Sakurai melihat anak yang sama sedang berbicara dengan komandan pasukan, ia pun mendekat.
“Aku mohon tolonglah izinkan aku ikut pertempuran ini..” pinta Yuichiro.
“Tidak bisa. Tanganmu masih sakit. Ayahmu juga memintaku untuk menjagamu bukan memberimu masalah..” kata komandan.
“Ayolah. Tanganku sudah sembuh. Aku juga ingin jadi seperti Ayahku..” kata Yuichiro. Seraya mengayunkan tangannya yang luka itu di depan komandan.
Sakurai lalu meninggalkan anak itu dan kembali latihan. Hingga akhirnya mereka pun turun ke medan perang. (Sayaka: intel, Sakurai: medis, Hana: teknologi, Mei: penyergap). Mereka turun di tengah kota, Hana mengeluarkan pengeras suaranya dan memutar sebuah lagu. Tak lama kemudian semua zombie ke luar dari sarangnya, pada saat itu juga mereka membunuh semua zombie yang berada di tempat itu ada yang memakai pistol, pedang, panah. Tetapi semakin lama mereka bertarung semakin banyak para zombie ke luar dari sarang mereka.
“Semuanya..!! Mundurr!!” Teriak pemimpin pasukan. Mereka pun mundur dari arena tempur dan berpisah karena perintah untuk mencari beberapa sarang zombie. Laporan perintah dari Hana. “Kata komandan kita berempat akan mencari sarang zombie di sekitar pantai, setelah dideteksi ada 1 hotel yang memang tidak terlalu hancur semua, tidak ada zombie, dan masih ada beberapa kamar yang masih bagus. Kita diperintahkan untuk istirahat di sana. Dan ada satu laporan lagi akan ada bala bantuan untuk kelompok kita..” kata Hana.
“Huft..Berpencar lagi. Tapi baguslah ada bala bantuan..” kata Sakurai.
“Untung kita gak terpisah dari kelompok.” kata Sayaka.
“Bagus ayo cari hotel itu, aku juga mau istirahat. Lagi pula hari sudah senja kan..” kata Mei. Mereka pun ke sebuah hotel yang ada di dekat pantai.
Malam semakin larut, Sayaka berdiri di depan jendela yang sudah retak itu, cahaya bulan menyinari dirinya, Hana dan Mei sudah tertidur pulas, Sakurai masih terjaga. Tiba-tiba suara langkah kaki menaiki tangga. Sayaka dan Sakurai segera tersadar dan segera siap di depan pintu, namun Sayaka masih berurusan dengan tasnya entah di mana ia menyimpan senjatanya. Semakin jelas suara itu terdengar, dan berhenti tepat di depan pintu, ketika pintu terbuka pisau Sakurai yang berbentuk kunai itu langsung menyerang pangkal leher, namun tangannya ditangkap orang itu. Sakurai berusaha melepaskan tangannya, Sayaka masih juga mengurusi tasnya. Sakurai terdorong mundur karena kekuatan orang itu lebih kuat darinya, ketika ia sudah tersandar di dinding secercah sinar bulan mengenai wajah orang itu, wajah yang sama yang dilihatnya di kamar itu.
“Yu.. Yuichiro?” sanggah Sakurai, anak itu pun melepaskan tangannya.
“Rupanya kau udah tahu namaku ya..” kata Yuichiro.
“Tenanglah kami bukan orang jahat..” kata seorang lagi.
“S..Siapa kau?” tanya Sayaka, sambil memperbaiki tasnya, yang semula ia obrak-abrik.
“Oh ya perkenalkan. Namaku Samuru Shigami, pasukan bantuan dari akademi stratos..” kata si anak yang bernama Samuru itu. “Dan kami.. Pasukan bantuan dari akademi oichi.. 2 saudara.. Rudi dan Riki Tatsuna..” kata 2 anak itu.
“Oahh..Hmm..Siapa yang tanya?” kata Hana dan Mei yang terbangun karena suara ribut. Terlihat mata Sakurai yang mulai sayup-sayup.
“Hei istirahatlah dulu biar kami menjaga..” kata 4 anak laki-laki itu.
Sakurai, Hana, dan Mei mengangguk, sementara Sayaka kembali ke depan jendela yang sudah pecah itu. Sakurai bersandar di dinding dan terjaga dalam tidur, sambil memeluk jubah Sayaka yang dititipkan padanya. Hana dan Mei sudah tenggelam dalam mimpi. Tiba-tiba angin berhembus cukup kuat, rasa dingin menyeruak memasuki kamar itu. Sayaka yang berdiri di depan jendela dan tak memakai jubbah itu menggosok kedua telapak tangannya. Tak lama seseorang menaruh jubah di pundaknya, ia berpikir itu Sakurai.
“Ohm.. Aarrigattou Saku..” kata Sayaka ketika ia menoleh, dengan sigap ia menampar Samuru. Dan melihat ke arah Sakurai yang terjaga, dan terlihat Yuichiro hendak menaruh kepalanya di pundak Sakurai.
“Saku!! Hei kau dasar laki-laki kurang ajar.. Saku!! Bangun!! Oy!” Teriak Sayaka memecah keheningan, Sakurai terbangun dan meninju Yuichiro.
“Awwh..” teriak mereka berdua, ketika di hantam Sakurai dan Sayaka bersamaan.
“Sedang apa kau hah?!” Tanya kedua gadis itu.
“Ada apa?! Ada zombie?” tanya dua bersaudara itu dan menabrak pintu yang hampir copot itu.
“Ya ada zombie yang tak tahu sopan santun di sini..” kata Sayaka dan Sakurai, sambil memegang kerah baju Samuru dan Yuichiro. Mereka semua hanya terlongo melihat hal itu.
Matahari mulai nampak walaupun, sinarnya masih tertutup awan hitam tapi hangatnya masih bisa terasa. Mereka berdelapan bergerak menuju pantai. Mencari makanan di toko-toko yang sudah terbengkalai, mengganti pakaian, mengisi peluru, dan menikmati hari dimana hari terakhir untuk bertempur dan menjejali kaki di negara mereka yang sudah hancur itu. Tak lama Hana mendapat laporan. “Zzzthzzshzzzz.. Pasukan pembasmi kelompok ketujuh, kalian segera menuju taman kota yang terdapat bangunan walikota yang cukup besar. Hancurkan area itu dan basmi semua zombie yang ada di sana. Menurut pendeteksi sebagian besar makhluk-makhluk itu bersarang di bangunan itu. Jika sudah dilaksanakan kembali ke bibir pantai di sana akan ada kapal yang akan menjemput kalian. Wilayah lain akan diatasi kelompok lainnya yang sudah tersebar. Jangan lupa menyuntik tubuh kalian dengan obat anti virus sesegera mungkin. Zzztzzzhhzhhtzzhzz..”
Setelah itu mereka pun segera menuju taman kota dan sesampainya di sana.
“Sepi sekali..” kata Mei.
“Sudah jelas kan. Yang ada hanya zombie,” Kata Sakurai.
“Ayo kita pasang..” perintah Samuru. Mereka pun mulai beraksi, dengan sangat hati-hati. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Ketika semua bangunan telah dipasangi bom, dan alat peledak di bawah tanah. Mereka berdelapan segera menjauh dan menunggu hitungan detik, serta komando dari kapten pemandu. Hana memutarkan lagu berjudul: “Kyou no hi wa sayounara.” (“Selamat tinggal, sampai jumpa di lain waktu..”)
Ia memutarnya sekeras mungkin, ketujuh kawannya sudah memakai headphone penutup telinga. Seketika beribu ribu zombie ke luar dari berbagai arah. Suara suara mengerikan berasal dari para zombie yang haus darah. Ketika sedang mengedarkan pandangan 4 gadis itu melihat beberapa anggota keluarga mereka yang sudah menjadi makhluk yang tak berakal. Tubuh mereka menjadi mati rasa, tangan yang hendak menekan tombol merah untuk meledakkan bom kini menjadi lunglai seakan tak bertulang, napas mereka tersengal-sengal, menyadari keadaan gadis-gadis itu 4 anak laki-laki itu segera membantu mereka berdiri, dengan cara menggenggam tangan gadis-gadis itu erat-erat. Ingin rasanya mereka berteriak memanggil ibu, ayah, paman, bibi, kakak, atau pun adik, yang kini bukanlah manusia. Mereka ingin memeluk erat keluarga mereka untuk terakhir kalinya, tapi apa boleh buat semua sudah terjadi, sebentar lagi tempat itu akan hancur bersama dengan makhluk menyeramkan itu.
“Semua siaap. Hitungan ketiga ledakkan semuanya. 1..2.. (pada lirik lagu terakhir “Mata au hi made until the day we meet again = sampai jumpa semoga ada kesempatan di lain waktu..)..3…”
BOMM!!
Seketika semuanya hancur, bersama dengan zombie-zombie itu. Misi selesai, tanpa ada tetesan air mata yang tak ingin ke luar sama sekali. 4 gadis itu jatuh pingsan, namun segera ditahan 4 anak laki-laki itu dan menggendong gadis gadis itu kembali ke kapal. Ketika semua kembali, dan gadis-gadis itu sudah kembali sadar. 4 anak laki-laki yang berada di samping mereka tersenyum. 4 gadis itu segera menangis dan memeluk 4 anak laki-laki yang selama ini berada disamping mereka. “Arrigatou.. Gozaimasta.. Minna..” ucap gadis-gadis itu sambil menangis di pelukan 4 anak laki-laki itu.
Masa depan, keluarga, cinta, harapan, dan teman musnah pada hari itu juga dan sekarang hanya beberapa orang anak terpilih yang tersisa dan semua orang yang selamat lainnya memasuki era yang baru, dan masa depan yang baru, serta zaman yang baru.
Begitulah cerita pendek MISTERI LEDAKAN KEEMPAT apakah anda menikamtinya? Jika ia kami berharap anda bisa mengajak teman anda untuk berkunjung di situs ini ya. Terima Kasih.
Anda bisa berkunjung ke CERPEN HORROR untuk menyaksikan updatetan yang berisi cerita misteri seram terlengkap yang bisa anda baca setiap harinya.
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good.